Showing posts with label Travel. Show all posts
Showing posts with label Travel. Show all posts

Sunday, February 15, 2015

Seri Paris #4 : Terlantar Semalaman di Jalanan T_T


Posting terakhir tentang Paris nih. Selesai menyusuri dari Champs Elysees sebenarnya kami sempat bingung mau spend time kemana karena kami masih punya waktu masih lumayan banyak. Hari masih terang sedangkan bus Eurolines ke Belanda berangkat tengah malam. Kami putuskan kami berkunjung ke Notre Dame, gereja tua di Paris yang beken dengan kisah si Hunchback-nya. Tadinya sih pengen window shopping ke Lafayette juga  tapi kami memilih untuk menghemat energi dengan berkunjung ke Notre Dame kemudian mampir ke menara Eiffel untuk mengucapkan selamat tinggal sama Paris. Jadilah habis liat-liat Obelisk kami jalan stasiun metro lagi dengan tujuan Notre Dame. Sampai sana udah sore kami menyempatkan masuk ke dalam gereja dan setelah itu cuma foto-foto aja di depan sambil santai duduk-duduk menikmati suasana. Karena udah bosen kami pun jalan-jalan untuk liat pertokoan kali aja nemu suvenir lucu. Ngiler juga sih pengen nyicip kue maccaroons La Duree (banyak turis yang nenteng tas La Duree), tapi setelah kami cari kayaknya sih di sekitar Notre Dame gada cabang La Duree. Tapi malah nemu gedung antik yang keren jadi deh malah foto-foto di situ.  O ya kartu yang saya pakai buat transportasi di Paris sempet bermasalah. Kami beli untuk penggunaan unlimited 3 hari sebesar 24 Euro/orang. Di hari kedua sore ato ketiga pagi (lupa) kartu yang saya pegang ditolak terus sama mesin mungkin karena udah agak lecek sama keringat, maklum ukuran kartunya pun mini. Untungnya pas kita lapor ke loket, kartu bisa diganti baru.
 
Karena perut minta diisi lagi kami memutuskan untuk cari McD buat ngopi-ngopi, sekalian numpang wi-fi hehe... Di McD Prancis jual juga macaroons yang enak banget, yang pasti tekstur dan rasa beda dengan yang pernah diicip di Bandung. Emang kalo pengen icip rasa yang autentik harus di negara asalnya yah… Setelah re-charge energi kami kembali ke area Notre Dame dan saat ke stasiun ga sengaja nemu toko buku tua yang beken banget di kalangan traveler : Shakespeare & Company ! Walaupun cuma liat-liat depan tokonya dan foto lumayan bikin happy hehe…next harus beli buku di sana ah… Kami meneruskan langkah ke stasiun dengan tujuan Menara Eiffel. Kami ingin say goodbye sama Paris dan menikmati suasana Eiffel di malam hari. Sayangnya begitu sampai di pelataran Eiffel hujan turun, ga jadi deh menikmati malam dengan lesehan di taman huhu…untungnya kami sempet lesehan di taman Eiffel pas malam di hari kedua. Karena hujan kami cuma duduk-duduk aja di bawah menara sambil sibuk liatin peta digital di hape dan berpikir kapan ya kita bisa kembali menginjak tanah Paris ? Pas mau cabut hujan brenti jadi sempetin dulu foto-foto lagi hehe...

Macaroons-nya enaaak...potato wedges-nya jugaa.... Paris mahal tapi mau gimana lagi, rajin nabung sajalah...

Aaahh...nemu toko buku ini... 

Ketjee...I want to see you again !

Setelah puas menatap Eiffel kami pun beranjak pergi menuju stasiun Gallieni di mana kantor bis Eurolines cabang Paris berada. Sampe sana kami menyempatkan beli dinner dulu dengan menu lagi-lagi McD (fish burger, potato wedges – enak, btw). Kami kemudian cek-in untuk keberangkatan bus jam 11 malem tapi di board pengumuman kami baca kalo bis menuju Amsterdam ada delay. Suami pun nanya sama orang di loket dan juga supir yang kebetulan mau ke jurusan lain. Mereka konfirm kalo bis ke Amsterdam emang telat. Saya pun nunggu nunggu dan nunggu dengan setengah mengantuk sementara suami tetap terjaga buat jagain barang dan update jam keberangkatan bis ke Holland. Sekitar tengah malam kami pikir bus belum datang dan waktu kami nanya ke petugas, jawabannya bikin shock : bus-nya udah pergi sekitar sejam lalu, no delay. Kami liat di board pengumuman udah ganti jadi gada bukti. Jelas kami jengkel karena selain baca di board suami juga udah konfirm sama petugas loket dan salah satu supir dan mereka emang bilang bis-nya telat. Oh nooo…kita ketinggalan bis padahal besok musti kerja! Kami pun protes dan itu susah juga karena orang sana Bahasa Inggris-nya minim banget sementara kami ga bisa ngomong Prancis juga…yang pasti bikin emosi jiwa aakk…! Sebelnya mereka bilang itu salah kami dan mereka udah kasih pengumuman lewat speaker dalam Bahasa Inggris dan udah berusaha cari 2 orang yang ada di daftar penumpang mereka. Helooo…kita duduk berjam-jam di situ kenapa ga ditanya paa?? Yang pasti kita ribut di situ dan semua gamau ngalah…suasana jadi agak panas…

Mereka pun ngotot gamau kasih tiket pengganti karena merasa ga salah dan kalo mau balik ke Holland ya harus beli tiket baru. Oo menyebalkan banget karena kami dapet tiket promo pp Eurolines yang murah dan kalo harus beli tiket baru pasti harganya mehelll… Bener aja untuk 2 tiket suami harus bayar 92 Euro padahal kita udah pegang tiket pp cuma 18 Euro, hangus dah. Jauh beneerr… Belum lagi jam keberangkatan berikutnya jam 6 pagi which means kami harus bolos kerja besoknya karena masalah ini. Belum lagi harus nunggu sekitar 6 jam di luar karena kantor Eurolines dan stasiun Gallieni harus ditutup. Bete maksimaalll… kemana kita harus nunggu coba? Ini bukan pusat Paris yang ramai. Di luar sepi banget dan dingin. Kita agak takut ketemu sama orang-orang mabuk. Gimana kalo dirampok atau lainnya? Pokonya saat itu berkelebat pikiran-pikiran buruk di kepala. Apalagi kami memperhatikan dibanding kota lain di Paris banyak banget imigran (gelap, sepertinya). Soalnya di stasiun-stasiun kereta bawah tanah kami sering liat orang-orang yang menerobos tanpa bayar dan kondisi kereta bawah tanah dan stasiun di Paris rata-rata agak kumuh dan udah tua.

Kami kemudian balik ke McD tapi sudah tutup, bukan 24 jam rupanya. Cari kafe/resto tidak ada yang buka juga. Kami memutuskan untuk mendatangi hotel di sekitar situ untuk nanya-nanya harga, kali aja ada yang murah jadi kami bisa sewa kamar sekedar untuk rebahan selama beberapa jam, mencari kehangatan di tengah dinginnya malam yang menusuk. Ada 3 hotel yang kami masuki dan minimal uang yang harus kami keluarkan di atas 70 Euro. Kami harus sewa semalam, tidak ada harga khusus untuk sewa beberapa jam. Kami putuskan untuk tidak ambil kamar dan hanya duduk di kafe salah satu hotel sambil ngopi. Sebenarnya ini cuma buat tamu hotel dan kami juga sadar itu tapi kami pura-pura ga tau aja. Sampe akhirnya resepsionis hotel mendatangi kami dan nanya apa kami berniat untuk menginap di sana karena kefe ini khusus buat tamu aja tapi dia juga bilang gapapa kalo kami mau nerusin duduk di sana, basa-basi gitu sih karena dia juga bilang kalo non-tamu boleh duduk di sini maka semua orang di luar juga pasti pengen masuk ke sini. Karena ga enak diliatin terus sama security kami pun cabut dan entah mau kemana hingga beberapa jam ke depan di luar sana. Suuuckkss… Eurolines keterlaluan banget!

Kami pun berjalan ke arah stasiun lagi dan duduk di sebuah halte bis. Ternyata di sana ada sepasang manusia sedang nunggu stasiun buka juga kemudian di halte seberang ada sepasang juga plus mereka bawa bayi! Duh, kasian banget ya para traveller kere ini. Kami harus nunggu di luar yang sejam-nya berasa 5 jam (lebay…). Ga lama datang juga 2 orang laki-laki yang juga nunggu stasiun buka. Saat itu ada juga seorang lelaki ga jelas yang sepertinya sih homeless gitu, tapi untungnya dia ga ganggu kita.

Sekitar jam 5 pagi pintu stasiun buka dan kami bisa duduk (di lantai, karena gada kursi hikss…) sambil nunggu kantor Eurolines buka. Jam 6 pagi kantor bis buka dan kami segera cek-in trus nunggu bis. Ga lama bis dateng dan kami bisa duduk di dalem, ga sabar rasanya untuk segera pulang ke Holland dan istirahat di apartemen kami. Sekitar pukul 12 siang kami tiba di Rotterdam. Tujuan pertama kami adalah kantor Eurolines untuk komplain masalah yang kami alami di Paris, tapi petugasnya bilang report lewat internet aja. Sampai di apartemen kami pun langsung kirim e-mail dan dapat jawaban akan diproses dalam 1 bulan. Trus trus? Setelah kami tunggu-tunggu, mereka kasih solusi dengan tidak mengganti kerugian tapi kalo kami mau beli tiket Eurolines lagi mereka kasih diskon 25%. Pfftt…no more Eurolines deh. Untuk diskon-nya mungkin kami pakai untuk tujuan jarak dekat saja, ke Belgia misalnya. Overall, I like Paris. It was so memorable except the Eurolines part.

Sunday, February 8, 2015

Seri Paris #3 : Arc de Triomphe


Masih semangat nih jelajah Paris. Hari ini hari ketiga sekaligus terakhir jalan-jalan di Paris (huuu…). Kami  packing baju-bajukemudian cek-out setelah sarapan dan leyeh-leyeh di hotel. Hari ini kami bermaksud mengunjungi Arc de Triomphe, itu looo bangunan antik besar peninggalan Kaisar Napoleon yang ada di persimpangan jalan ujungnya Champ Elysees. Bangunan ini dibangun sebagai simbol kemenangan perang Prancis yang dijanjikan Napoleon, jadi didedikasikan buat prajurit yang telah susah payah berperang (atau menjajah?) di negara lain yang mana sangat mereka bangga-banggakan. Jadi kami ga berniat belanja-belanja ke jalan beken itu hanya pengen tau isi bangunan Arc de Triomphe kayak gimana. Sebenarnya alasan utamanya karena pengen liat ‘the winning path’nya Napoleon dari atas. Jalur ini memanjang mulai dari Arc de Triomphe, Champs Elysees, Obelisk truuus nyambung ke Louvre jadi dalam satu garis lurus. Kalo baca bukunya Hanum Rais 99 Cahaya di Langit Eropa pasti tau kalo garis ini sejajar juga dengan Ka’bah di Mekkah. Konon Napoleon menjadi seorang muallaf sepulang ekspedisi dari Mesir. Sedangkan kaki-tangannya memang seorang muslim. So….

Sesampai di seberang Arc (sebut aja gitu pendeknya), kami harus menyeberang lewat jalur underground dan keluar di bawah Arc. Tiket masuk sebesar 9 Euro kalo pengen masuk dan naik ke puncak bangunan. Kalo cuma sekedar foto-foto di bawah gratis kok. Anyway setelah beli tiket kami ga langsung naik ke atas tapi liat-liat dulu di area bawah. Banyak banget turis yang nongkrong, duduk-duduk santai di sini, adem sih. Dari jarak dekat Arc sangat megah mempesona. Terinspirasi dari arsitektur Roma, Prancis membangun banyak bangunan bergaya sama seperti Arc de Triomph ini di wilayah-wilayah kekuasaan mereka. Tapi di Paris ini sepertinya yang paling megah. Di dinding luar terukir nama-nama prajurit Napoleon plus ukiran-ukiran dengan detail rumit khas seniman Prancis.
 
Untuk sampai ke puncak ternyata tidak ada lift. Jadi kami harus naik lewat tangga memutar dan mendaki yang…bikin gempoorrr abis! Setelah istirahat dan minum sebentar di kursi dekat tangga (hampir semua orang sepertinya langsung bakal duduk di sini sehabis mendaki), kami masuk ke ruangan semacam museum. Di sana ada presentasi detail tiap bagian Arc, toko souvenir dan mesin koin souvenir yang harga per koinnya 2 Euro. Saya sih beli koin ini, soalnya naik ke atas butuh perjuangan. Jadi koin ini sebagai bukti saya berhasil naik ke atas Arc de Triomphe kan mesinnya cuma nangkring di lantai atas looo hehehe…. Setelah puas liat-liat di ruangan ini kami pun mendaki tangga lagi menuju ruang terbuka di puncak Arc. Di sini kami bisa melihat pemandangan kota Paris dari atas dan juga winning path-nya Napoleon. Puas deh… setelah menikmati pemandangan dari atas kami pun turun kembali ke bawah. Kami pulang kembali ke Holland nanti malam, hampir tengah malam tepatnya jadi kami masih punya waktu untuk jalan-jalan ke lokasi lain. Yang pasti tentu saja menyusuri sepanjang trotoar Champs Elysees dengan jajaran toko-tokonya. Kemudian kemana kami menghabiskan waktu hingga tengah malam nanti? Lanjut ke part 4 saja ya… Daag…

 

Monday, February 2, 2015

Seri Paris #2 : Istana Versailles


Wake up-wake up…terbangun dengan perasaan excited karena lagi di Paris menuju obyek jalan-jalan hari kedua. Btw, hotel di Eropa itu standarnya emang di bawah hotel di Indonesia ya. Hotel bintang 4 di sini setaranya dengan hotel bintang 3. Udah gitu menu sarapannya ‘cuma’ roti-roti, bacon (yang ga bisa kami konsumsi karena ga halal), keju, macem-macem selai, yogurt sama sereal. Minumnya teh, kopi, jus jeruk sama susu. Duh, kangen sarapan di hotel Indonesia niih kebayang-bayang nasi goreng, bubur ayam, omelette dan sebagainya…hehe ga mau rugi… Beres sarapan kita cabut ke stasiun, kali ini dengan bus yang untungnya halte bus deket banget sama hotel. Destinasi kami hari ini adalah Istana Versailles.

Istana ini letaknya agak di luar Paris, masuknya di zona 4. Tiket metro kami yang valid di zona 1,2 dan 3 jadinya harus berhenti di stasiun batas zona 3 kemudian kami membeli single ticket ke stasiun Versailles. Pada saat itu kereta cukup penuh sama turis. Yak, siapa sih yang ga tau Istana Versailles di mana Raja dan Ratu terakhir Prancis pernah tinggal? Gaya hidup mereka begitu terkenal dengan membangun istana luar biasa mewah, pesta-pesta, makanan, baju-baju yang menghamburkan uang negara di atas penderitaan rakyat miskin Prancis. Sekarang istananya dijadikan museum yang mengundang kagum jutaan turis setiap tahunnya. Begitu masuk ke area depan istana…busyeettt antriannya supeerrr panjang! Bikin il-fil tapi apa daya. Itu antrian yang sudah pegang karcis, belum antri buat beli karcisnya…huaahh…Hhmmpp, seharusnya datang dari pagi ini sudah agak siang harus antri pula…terbayang istana dan taman yang luas menunggu, apakah kita bisa menjelajah ke semua bagian dengan waktu kira-kira setengah hari…hiih…huks…
 
Oke, sudah tidak perlu dibahas bagaimana capenya antri, kami pun memasuki area halaman Versailles. Kami memilih untuk pilih tiket yang harganya 25 Euro per orang di mana bisa masuk ke Istana Versailles, Petit Triagnon dan Grand Trianon. Taman yang luas sebetulnya gratis jadi banyak juga pengunjung yang berolahraga di sini kecuali ketika ingin masuk ke kawasan 3 istana tadi barulah ada penjaga yang akan menyobek karcis sebagai tanda boleh masuk. Tentang sejarah istana ini tentu bisa didapat dengan mudah di internet jadi tidak perlulah dibahas lagi hehe…siapa sih yang ga kenal Ratu Marie-Antoinette dengan gaya hidupnya yang mewah? Taman gaya Prancis selalu dibuat simetris dengan jejeran patung-patung. Untungnya di taman banyak booth makanan dan resto, jadi kami yang kelaparan setelah menjelajah istana Versailles langsung melahap cheese pizza dan es krim untuk lunch sambil duduk di bangku taman. Kalau masalah minum saya selalu membawa botol yang bisa diisi ulang lewat kran-kran air di luar istana. Yang penting sih stamina oke, tapi kalo kira-kira ga kuat bisa sewa sepeda dan semacam kendaraan elektrik kayak di lapangan golf gitu. Kami sih keliling by feet sajaaa…



Bagi yang betul-betul tertarik dengan sejarah Versailles, di dalam istana banyak sekali lukisan serta video-video presentasi yang bisa dinikmati pengunjung. Booth-booth souvenir menawarkan barang-barang chic khas Paris serta buku-buku dalam berbagai bahasa. Anyway yang paling saya berkesan bukan istana beserta furniture-nya yang super mewah tapi desa kecil di belakang Petit Triagnon yang dulunya dimiliki Ratu Marie-Antoinette. Suasana desa ini masih dibuat semirip mungkin dengan suasana dulu kecuali rumah-rumah petaninya kosong tapi perabot dan area kebunnya masih seperti desa petani Prancis jaman dulu. Selain itu ada danau dan binatang-binatang ternak yang sengaja dipelihara di sini. Bikin betah banget… Ga terasa hari sudah mulai gelap dan kami memutuskan untuk meninggalkan Versailles dan menuju pusat kota Paris untuk sejenak menikmati Eiffel Tower di waktu malam sambil istirahat meluruskan kaki yang sudah protes karena kelelahan… Ceritanya masih nyambung nih nantikan episode 3-nya yaa…

 

Sunday, January 25, 2015

Seri Paris #1 : Louvre


Halo halo halo….kali ini mau posting lagi pengalaman travelling ke Paris pas September taun kemaren ah. Ini kali kedua saya ke Paris, stay di sana selama 3 hari 2 malam, lumayan bikin gempor dan banyak kejadian menyebalkan dari awal sampe akhir trip sebenarnya. Tapi rasa jengkelnya ketutup sama travelling excitement yang bikin happy hehe… Kejadian pertama saya secara ga sengaja merusak screen laptop pada hari di mana malamnya kami harus berangkat ke Paris. Layarnya pecah bo! Walhasil saya pergi dengan perasaan ga tenang memikirkan data-data yang ada di laptop untuk keperluan pekerjaan..pfft…belum lagi artinya saya bakal harus keluar duit untuk perbaikan atau beli laptop baru.

Kenapa saya balik ke Paris lagi? Pertama karena belum puas waktu pertama datang kesana pake jasa tur, trus kedua kebetulan kami dapat tarif promo dari bis Eurolines cuma bayar 18 Euro/org p.p. Hotel juga pas dapetnya ga mahal cuma 55 Euro/kamar untuk 2 malam termasuk sarapan bintang 4 pula…yippie… Lokasi hotelnya di Rueil-Malmaison yang agak di luar pusat Paris tapi kami pikir kan bisa dijangkau metro yang penting masih dalam zona paket karcis metro yang kami gunakan selama di Paris. Dari Rotterdam pukul 10 malam kami sudah siap-siap di tempat penjemputan yang menurut jadwal bis akan datang pukul 11 dari Amsterdam. Eh taunya bisnya telat…molor sejam dong, ternyata di Eropa gini masih aja ada yang telat ya. Udah gitu si supir nya hobi banget berhenti. Di rest area lah, di tempat penjemputan Brussels (beberapa penumpang naik dari Brussels) jadi deh kami tiba di Paris pagi dari waktu normal biasanya 5 jam.

Tanpa buang waktu dari stasiun tempat pemberhentian Eurolines kami membeli tiket metro untuk tujuan Louvre. Sampai di sana masih agak gelap dan baru beberapa orang yang terlihat di pelataran Louvre. Saya sempatkan untuk shalat subuh kemudian sarapan keripik kentang dan apel yang kami bawa dari Rotterdam (uuh…masih belum kenyang…). Karena kami tiba pagi sekali kami dapat antrian di depan untuk tiket masuk Louvre, kalo udah siang antriannya bakal panjang banget. Biaya masuk 12 Euro/org, cukup murah lah untuk ukuran museum paling top di dunia. Rupanya semua orang berpendapat bahwa lukisan Monalisa adalah objek seni utama di Louvre. Tak heran begitu pengunjung sudah bisa memasuki area dalam museum hampir semuanya berlarian ke arah pintu masuk yang menuju lukisan Monalisa, padahal di sana ada 3 pintu masuk berlainan arah yang saling terkoneksi untuk menjelajah isi museum. Suami saya pun menyuruh saya cepat-cepat berjalan menuju lukisan Monalisa padahal saya ingin mengabadikan hall-hall yang terlewati. Museum ini benar-benar megah dengan tangga-tangga ke arah atas dan bawah, dari segi ukuran dan juga koleksi yang dimiliki dari  berbagai belahan dunia berumur ribuan tahun. Jangan benda-benda kecil, lukisan super besar dari seniman-seniman Italia dan patung-patung dari zaman Yunani dan Mesir Kuno terawat dengan baik. Di dalam museum diatur suhu yang pas untuk mempertahankan benda-benda antik di dalamnya. Ternyata Monalisa sih aslinya ternyata kecil tapi pengunjung ga bisa terlalu dekat lukisan dan beberapa petugas khusus menjaga lukisan ini.
 
 
Anyway, pokonya seneng bisa lihat dengan mata kepala sendiri lukisan Monalisa, mumi dari Mesir, prasasti 10 Hukum Hammurabi, peninggalan jaman Mesopotamia, apartemen Bonaparte, piramid kaca terbalik yang mengingatkan novel da Vinci Code, de el el-de el el buanyak pisan hehe…sempet juga masuk ke ruangan khusus peninggalan Islam yang…keciiil kalo dibandingin sama peninggalan Yunani ato Mesir…hiks… Saking besarnya ini museum kami tidak bisa menjelajah semua bagian dalam satu hari. Kalo mau ada tuh tiket terusan yang berlaku selama 3 hari.

Setelah seharian berjalan di museum kebayang dong laparnya cuma dengan sarapan kripik plus apel? Di museum yang nyambung sama shopping mall Carroussel ini banyak terdapat cafĂ© dan restoran. Kami memutuskan untuk late lunch di restoran timur-tengah berlabel halal. Yah…namanya lapar berat langsung sikat deh,  klo kata suami makananya ga begitu enak sih, mahal pulak..yaiyalah secara tempat banyak turis gini… setelah kenyang kami cuma lihat-lihat sebentar mall trus memutuskan untuk ke stasiun metro dan menuju hotel yang sudah di-booked. Tapi kami mampir dulu ke Pont Des Arts, jembatan cinta terkenal di mana banyak pasangan yang pasang love locks. Sebagian area jembatan sudah dilarang karena khawatir jembatan bakal rubuh. Kami cukup hanya berfoto-foto saja...
 
 
Begitu sampai di Rueil-Malmaison ternyata untuk ke hotelnya harus jalan lumayan jauh boo…hiks badan udah cape bawaan berat lagi daannn setelah akhirnya ketemu itu hotel dapatlah berita buruk, yaitu kami ga bisa stay di hotel karena saat itu aliran air lagi stop dan hotel mengalihkan tamunya ke hotel lain. Busyet, mana hotel penggantinya jauh lagi huhuhu… Saat itu hari masih terang, sama suami (yang keukeuh gamau naik bus dan harus ngikutin dia by feet) saya sambil ngomel-ngomel sempet liat bahwa area ini ternyata sangat cantik. Sayangnya saking bete dan terburu-buru pengen sampe ke hotel ga sempet foto-foto. Sampai hotel, cek-in, mandi trus akhirnya naik tempat tidur buat lenjeraaannn….yaay… setelah istirahat baru deh kami pergi cari makan malam. Ga susah sih karena deket McD (bisa pilih fish burger-nya aja paling) sama ada beberapa resto Turki halal tapi harus mau jalan kaki lagi 10 menitan. Besoknya lanjut kemana? Nantikan di Paris Seri #2 yaa….

 

 

Wednesday, October 22, 2014

Malaga - Spain



Hallooo…. 
Works and stuffs make me busy and in a moment my blog writing activity stopped. But I will always try to post at least once in a month. Gosh, I have loooot of stories to tell. First let me show you photos from Malaga, a city in Andalucia, Spain. I went there in July before heading to Morocco. I stayed in this beautiful city for 2 days. From cool Holland to warm Spain, I was so grateful that finally I could see with my own eyes the land of Spain where hundred of years ago Islam reached its golden centuries. Altough it was not easy to find the hotel and exhaustedly tiring, I really enjoyed the rest of my time there. We were lucky there was a group of people doing a peace demo for Palestine to show to the world that they support Palestine. Me and husband with no doubt also sign their poster.

Malaga, as Cordoba and Granada also has a massive Islamic palace and fort called Alcazaba. I will write in separate article about this splendid place (for a magazine I hope). And there is also a roman amphitheater next to Alcazaba. Malaga was built by muslims with ruins of roman empire. Landmarks of Malaga include also a gorgeous long garden in the center of the city, the beach and shopping centre near a place where Picasso was born. From the top of Alcazaba you can see whole view of Alcazaba with bulls ring afar, Mediterannian Sea, roads and garden. I just love love the city. Spanish people are so friendly too.

Don’t ever skip to taste delish seafood Paella in Spain. It was the yummiest meal I have ever tasted so far during my travelling experiences :) I surely will come back…