Showing posts with label Miscellaneous. Show all posts
Showing posts with label Miscellaneous. Show all posts

Friday, July 5, 2013

Puisi Sayyid Qutb Ketika Ia Jatuh Cinta


Ya Allah, jika aku jatuh cinta,
cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-Mu,
agar bertambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.

Ya Muhaimin, jika aku jatuh cinta,
jagalah cintaku padanya agar tidak melebihi cintaku pada-Mu

Ya Allah, jika aku jatuh hati,
izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut pada-Mu,
agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu.

Ya Rabbana, jika aku jatuh hati,
jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling pada hati-Mu.

Rabbul Izzati, jika aku rindu,
rindukanlah aku pada seseorang yang merindui syahid di jalan-Mu.

Ya Allah, jika aku rindu,
jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku merindukan syurga-Mu.

Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu,
janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhirmu.

Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu,
jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang menyeru manusia kepada-Mu.

Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu,
jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu.

Ya Allah Engkau mengetahui bahawa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu,
telah berjumpa pada taat pada-Mu,
telah bersatu dalam dakwah pada-MU,
telah berpadu dalam membela syariat-Mu.
Kukuhkanlah Ya Allah ikatannya.
Kekalkanlah cintanya.
Tunjukilah jalan-jalannya.
Penuhilah hati-hati ini dengan Nur-Mu yang tiada pernah pudar.
Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.

(As-Syahid Sayyid Qutb)

Friday, June 7, 2013

Things I Want In My Wedding …That Won’t Happen :)



Everyone (especially…a girl)  has a wedding dream.  Mulai dari bajunya, makanan yang disajikan, atmosfer  pesta, souvenir dan pernak-pernik wedding lainnya. Yang paling utama so pasti sang mempelai pria haha… Termasuk saya. Dari sejak belum punya calon, kalau pas ke kondangan pasti deh wondering ntar kalau aku nikah pengen deh resepsinya kayak begini, kayak begitu etc etc… Well, pada akhirnya saya yakin bahwa akan sulit untuk mendapatkan acara pernikahan sesuai impian, karena di Indonesia pernikahan itu akan melibatkan keluarga besar dan kalau hanya mengikuti keinginan kita saja itu sulit. Tapi tetep aja suka kebayang-bayang yaa…duuh saya pengen di nikahan saya ada ini itu dan bla la bla lainnya….hehe gemes. Intinya setiap orang pasti ingin punya acara nikahan yang beda dan unik dari yang lain.


Buat saya pribadi (dan calon), ga terlalu kepengen pesta mewah dan besar-besaran. Pengen sederhana aja. Pada kenyataannya tidak seperti itu. List undangan dari orangtua saja sudah lumayan banyak padahal cuma menyebar 300 undangan. Di Indonesia ini jumlah minimum, kalo di negara bule ini udah masuk kategori pesta besar. Terpaksa harus ada ketegasan mana teman dan relasi yang bisa saya undang. Di sini saya ungkapkan hal-hal yang sebenarnya saya inginkan ada di pernikahan saya, tapi tidak terjadi di kenyataan. Here we go…


  • Akad nikah di masjid, diteruskan dengan acara walimah atau syukuran di rumah bersama keluarga, tetangga dan teman dekat. Sederhana, sakral dan hemat. Kalau ada dana lebih bisa dibelikan perabot rumah dan lainnya. Atau dana resepsi dipakai untu berhaji atau umrah atau… travelling keliling dunia..yeaayy…mau banget. Ide ini tercetus dari si calon setelah saya ng-DP wedding venue hikss… Seandainya ide ini ada dari awal..hmm…I don’t mind :)
  • Kalau pun mengadakan resepsi, saya maunya konsep privat party tetep undangannya ga banyak. Lokasinya outdoor di garden dengan dekorasi serba putih dengan satu-dua warna pastel tapi semua tamu bisa duduk kalau makan. Simpel tapi berkesan.


  • Catering resepsi berupa gerobak-gerobak makanan tradisional atau dari brand resto fave pengantin. Kan asik tuh misal kita carter semua dagangan si abang bakso, makanan-makanan tradisional khas Indonesia atau juice langganan. Perut kenyang, semua senang. Atau dari tempat makan beken yang buka booth, misal ada booth Warung Lela, Martabak San Fransisco dan lain-lain. Eh ada lo catering / WO yang bisa memfasilitasi catering semacam ini. Dapat info dari suatu wedding preps blog, WO Magnolia bisa menyediakan booth makanan sesuai keinginan kita. Magnolia bisa organize hampir semua café atau brand makanan dan minuman untuk dihadirkan di acara kita. Hmm…asik yah…
  • Untuk souvenir, saya dulu pengen banget kasih souvenir buat tamu berupa foto instant. Yup, photobooth dengan backdrop, property buat lucu-lucuan dan ada label nama pengantin di hasil cetakan. Sekarang sih vendor photobooth buat di event-event vendornya sudah banyak ya. Jamannya narsis. Seru aja gitu tapi sekarang  udah jadi mainstream jadi ga terlalu kepengan banget. Alternatif lain, saya kasih sesuatu yang bertema go-green. Berupa bibit tanaman, atau tanaman mungil dalam pot. So gorgeous I think. Contohnya kayak gini nih :
  • Pengen juga sih kasih souvenir buatan tangan sendiri. DIY gitu ceritanya. Kebanyakan liat blog yang isinya hasil-hasil barang hand-made yang kreatif. Tapi dipikir-pikir untuk pemula kayak saya apa hasilnya bakalan bagus? Ntar malah prosesnya lama dan yang paling buruk…gagal. Uh oh mending order saja yaa…  

Note. Sumber foto-foto dari link di bawah ini

Monday, May 13, 2013

Balada Bekasi – Cikarang



Note : ini hanya sekedar curhatan tidak penting yang wajar untuk diabaikan siapa pun…..

Ingatkah beberapa minggu yang lalu melalui blog ini saya mengumumkan dimutasi oleh perusahaan tempat saya bekerja? Saya berdomisili di area Bandung Barat, oleh manajemen saya dipindahkan ke Lippo Cikarang Kabupaten Bekasi. Pertama kali mendengar berita tersebut, sejujurnya perasaan saya tidak menentu. Okelah saya naik jabatan (dengan catatan kantor baru tersebut telah beroperasi, kalo belum ya jangan harap ada penyesuaian gaji cuy…), tetapi dengan pindah ke wilayah baru tanpa ada keluarga atau teman alias sendiri yaa…gimana juga gitu ya. Abis tinggal dan bekerja di Bandung enak sih….ini tiba-tiba harus beradaptasi di kota baru. Oke, saya positif thinking aja deh walaupun banyak keribetan sudah terlintas di kepala. Belum tentu tempat baru itu ga enak, kali aja bisa betah disana. Saya bukan orang yang dikit-dikit ngeluh, itu seperti sama dengan menjauhkan kita dari rasa syukur. 

Hal pertama yang saya lakukan adalah mencari tahu lokasi Cikarang dan transportasi dari Bandung kesana. Ini penting sehubungan dengan kondisi saya yang menggunakan sarana angkutan umum dan setiap akhir pekan saya pasti balik ke Bandung. Setelah proses googling saya tahu ada armada bus Primajasa yang melayani rute Bandung ke Jababeka (rute paling dekat ke Lippo Cikarang), Cikarang dan Bekasi. Busnya ber-AC dengan jadwal keberangkatan setiap hari setiap jam dari pukul 5 pagi hingga pukul 7 malam dengan ongkos Rp. 35.000. Bila tujuan kita menuju Lippo Cikarang turun di fly-over setelah gerbang tol Cikarang Barat kemudian lanjut naik angkot nomor 17 arah Cibarusah yang melewati kawasan Lippo Cikarang. Okey… Eh, trus ada lagi alternatif transportasi menuju Cikarang selain dengan bis, bisa pake travel juga dan turun di perempatan Lippo, soalnya travel ini berhenti di kawasan industri EJIP. Ongkosnya Rp. 40.000. Ini travel pintar dan udah tau jalan di Cikarang, jadi untuk menuju Lippo dia ga keluar di GT Cikarang Barat yang supermacet karena banyak truk-truk industri menuju Jababeka. Untuk menghindari kemacetan ini dia keluar di GT Cikarang Pusat di kawasan Delta Mas, setelah itu dia memasuki suatu kawasan industri entah apa dan voila…tiba-tiba keluar di bagian belakang kawasan perumahan elit Lippo Cikarang…bebas macet… Giliran saya pernah dianter sama supir kantor malah nyasaaarr entah kemana tau-tau keluar di Cikarang! Yang ada malah jauh kena macet kena yeey…

cikarang ... ma to the cet ...

Sebetulnya dengan rumah saya di kawasan Padalarang lebih enak naik travel. Kenapa? Karena dengan travel saya bisa naik dari rest area KM 125, kalo bis pasti udah penuh ga kebagian kursi kalo naik dari situ. Masalahnya travel ke Cikarang ini agak sulit mendapatkan kursi karena hampir selalu fully-booked untuk kepergian Senin subuh dan cuma ada satu armada. Jadi kalo ga kebagian travel, terpaksalah saya harus naik angkot paling subuh ke Terminal Leuwi Panjang demi mendapatkan duduk di bis. Nunggu di gerbang tol Pasir Koja saja bis sudah penuh apalagi nunggu di Padalarang. Pulang dari Cikarangnya lumayan merana, baik pakai travel atau bus saya turun di KM 120-an alias di tol (kalo tidak ada petugas yang jaga….uhuk) di sekitar kantor Samsat Padalarang. Nah, dari situ harus loncat pagar tol yang lumayan tinggi…hikss…pernah paha sampe sakit gara-gara loncat pagar tol ini. Abis loncat pagar ada jalan setapak turun menuju jalan raya umum di bawah. Kalo hari sudah gelap ada abang-abang ojek yang bantu pake senter sambil nawarin ojek dan minta sumbangan juga (padahal kondisi jalan setapak ya begitu2 aja). Kalo ga ngasih duit dia ga mau nyenterin. Saya sih beli senter sendiri gitu...lumayan terjal jalan setapaknya boo…sambil gendong backpack berat di punggung yah begitulah… Cuma kalo pulang itu hambatannya ga kerasa karena hati senang bisa pulang ke Bandung. Beda dengan perasaan saat Senin subuh harus meninggalkan Bandung…kaki terasa berat hehe….

Hal kedua, tentu saja mengenai Cikarang itu sendiri. Tapi udah tau sih, Cikarang kan terkenal dengan udaranya yang panas, wilayah industri skala mega, dan … macetnya! Kebayang kalo pas Hari Buruh dan para pekerja di sini memutuskan untuk demo. Transportasi bisa lumpuh kali ya…bermacet-macet sambil kipas-kipas kegerahan…. Buat orang Bandung yang biasa hidup di udara sejuk lumayan bikin merana tuh gara-gara cuaca sono…

 pagi...siang...sore...always macet....

Hal ketiga, dimana saya bakal tidur? Saat akhir pekan saya menyempatkan untuk mencari kost yang ga jauh dari lokasi kantor. Setelah mencari tau dimana letak kantor saya berdiri, mulailah hunting kamar kost. Kebetulan pas beli sarapan di pinggir jalan ngobrol sama mas-mas yang dengan baik hati mau menunjukkan letak kost yang layak didatangi alias berjarak dekat dengan kantor. Ternyata di sana biasanya kamar kost itu kosong melompong tanpa tempat tidur dan lemari. Aihh…harus bawa kasur dan furniture lainnya sendiri maksud lo… Dan banyaknya kamar sewa itu berupa rumah petak yang terdiri dari ruang tamu, ruang tidur dan kamar mandi. Tapi waktu liat-liat jenis kontrakan model gini serasa ga aman ya…dan suasananya terus terang agak kumuh pula. Saya pengennya tinggal di kamar kost yang ada di dalam rumah saja. Untungnya si pemilik rumah petak itu bilang di rumahnya dia bermaksud mau nyewain 2 kamar kost buat cewek. Setelah dilihat-lihat kondisi kamar kost-nya ya mending di sini banget. Kamarnya lebih bersih, rumahnya masih baru, tinggal bareng yang punya rumah jadi relatif lebih aman dan lebih dekat jalan raya. Walaupun tidak ada kamar mandi di dalam dan no furnished ya sudahlah… Alhamdulillah pencarian kost tidak terlalu sulit, ke kantor cukup jalan kaki sekitar 5 menit. Rata-rata kost di sini menurut sang pemilik kost harga sewanya Rp. 400.000/bulan. Minggu berikutnya mulai deh angkut2 barang standar anak kost mulai dari kasur, baju dan kipas (ini barang paling penting kalo ga mau cape kipas2 secara manual pake tangan). Maksud hati ingin simple tetep aja hasil akhir barang yang harus dibawa ko lumayan juga ya… Yang namanya pindahan itu lumayan ribet. Apalagi harus bawa kasur dan tempat baju sendiri. 

Sedikit out of topic, Di Tokyo Jepang saya pernah membaca artikel di pusat kota itu saking udah padetnya para pekerja nyewa tempat seukuran lebih besar dikit dari…peti mati! Jadi kalo lagi di dalem ga bisa berdiri cuma bisa duduk karena diperuntukkan untuk tidur, dengan catatan tinggi badan kurang dari 180 cm dan  nyimpen barang dikit…. Yang namanya di Jepang harga sewa kost peti mati beginian Rp. 5.8 juta…huwaa…kos-kosan super-sempit ini dikenal dengan istilah geki-sema. Meskipun aktivitas kita cuma tidur, pergi pagi pulang malam karena kesibukan pekerjaan…ga mau ah kalo disuruh tinggal di kost model beginian. Kamar kost saya sih mending ya ukurannya sekitar 2x3 meter.

 tidak mauuu tinggal di peti mati....

Kembali ke curhatan saya. Setelah saya ditransfer untuk penempatan di sebut saja LCKR pun saya belum bisa tuh ngantor di sini. Kenapa? Ya karena belum beroperasi, izin dari pihak berwenang belum keluar dan gedung pun masih direnovasi. Sooo…kemana saya harus melangkah? Mana mungkin diem di kost tanpa bekerja, makan gaji buta itu judulnya. Saya ini belum pernah bekerja di bidang operasional dan jabatan baru saya nantinya lekat dengan bidang tersebut. Nah, jadilah saya semacam melakukan training di cabang kantor terdekat, yaitu di area Cikarang. Kira-kira 1 jam perjalanan dari Lippo dengan angkot nomor 17 (Terminal Cikarang – Cibarusah). Angkot ini ada 2 macam, ada yang melewati Lippo Mall kemudian balik ke Cikarang dan ada yang tidak lewat Lippo Mall dan menuju Cibarusah. Jadi harus tanya2 dulu ke supir angkotnya sebelum naik. Ongkosnya sekitar Rp. 7.000 dan Rp. 2.000 untuk jarak dekat sekali jalan. Di Bekasi dan Cikarang semua angkot warnanya merah yang membedakan adalah nomor yang berbeda untuk setiap jurusan. Kalo di Bandung tiap jurusan pasti beda warna dan jarang kita memperhatikan nomor angkot.
Duh, naik angkot di sini bikin emosi. Pengalaman saya dengan angkot di sini adalah 90% ngebut dan ugal-ugalan. Abang-abang supirnya…maann…sebagai penumpang harus banyak istighfar. I really miss friendly people in Bandung. Begini ya, Cikarang itu sudah udaranya panas, semrawut, becek, macet…ditambah kendaraan motor dan angkot yang ngebut gini…Jujur, di sini yang adem dan indah itu cuma di dalam kawasan Lippo Cikarang, Jababeka lumayan rapi lah gedung-gedungnya masih baru dan tertata….sisanya? Silahkan nilai sendiri. Saya salut sama penduduk wilayah ini, kuat sama macetnya sama semrawutnya sama tingkat polusinya…walau pun UMR di sini paling tinggi se-Indonesia sepertinya…but some things can not be valued by money IMHO…

 jajaran elf ke bekasi barat yang ngetemnya lamaaa...isinya bangku 3 kolom....

Setelah seminggu di bolak-balik Lippo – Cikarang, saya harus menjalani hari-hari saya di cabang lain, tepatnya di Bekasi saudara-saudara….lebih jauh lagi ini. Awalnya blank karena ga tau transportasi umum Lippo – Bekasi. Setelah tanya sana-sini ternyata di perempatan Lippo itu ada jajaran elf merah menuju 2 tujuan : Bekasi Barat dan Bekasi Timur. Kantor di Bekasi ini lebih dekat ke Bekasi Timur tapiiii kan harus lanjut lagi tuh pake angkot setelah turun elf, kalo ke Bekasi Timur entah harus naik angkot jurusan mana dan lebih ribet karena system jalan yang satu arah. Jadi untuk menuju kantor cabang Bekasi saya harus naik elf yang nomor 45 menuju Bekasi Barat turun di halte dekat MM (Metropolitan Mall), setelah itu lanjut angkot no. 02 menuju Pondok Gede, pulangnya ya kurang lebih sama tapi jangan pake angkot 02 karena dia ga balik ke MM, untuk jalur pulang ganti angkot yang nomor 10. Jadilah saya sekali jalan itu naik turun angkutan umum 3x, bolak-balik jadi 6x yang sering disertai macet panjang. Isn’t it so stressing?? Blom buat biaya ongkos. Tekor cuy! Maksud hati pengennya cuma jalan kaki klo ngantor biar irit ini malah kebalikannya -___- Pernah saya kejebak macet dalam tol antara Bekasi – Jababeka sepanjang 3 jam dalam cuaca panas pula di dalam elf…grrrr….

     terjebak dalam macet, cuaca panas...sambil bersempit-sempit di dalam elf itu rasanya ^)(&$#@_(&$

Ke Bekasi itu bukan tanpa perjuangan. Menuju tempat elf mangkal aja masih tetep pake angkot dulu dari kost, kemudian menyeberang jalan menuju elf mangkal. Proses menyeberangnya ini belibet deh, yang namanya kendaraan mobil dan motor non-stop ga brenti-brenti…motor apalagi…bisa berapa menit tuh diem di pinggir jalan nungguin supaya bisa nyeberang, risiko kecelakaan meningkat kecuali bagi orang yang terampil menyeberang jalan dengan arus padat kayak gini. Atasi dengan cara menyeberang pas di perempatannya karena di situ ga terlalu semrawut. Setelah sukses menyeberang cari elf nomor 45 kemudian duduk manis di dalem elf. Udah? Ya belum lah…ini elf ga mau jalan sebelum penuh oleh penumpang. Saya sempet emosi sendiri gara-gara harus nunggu ampe sejam dan bisa dipastikan datang ke kantor telat…full tiap hari. Udah nunggu lama, penumpang ga penuh juga, si koordinator elf ini kasih pengumuman : kalo elf mau jalan ongkosnya nambah ya dari Rp. 6.000 jadi Rp. 7.000-10.000…alamaakk udah nunggu lama musti keluar ongkos lebih ya…peraturan kamfrett… Giliran penuh umplek-umplekan dah ga bisa gerak…turun dari elf badan pegel2. Kalo masalah ugal-ugalan memang ga segila angkot 17, mungkin sekitar 20% nya lah elf disupiri sama yang hobi ngebut. Pulangnya ya sami mawon, lebih parah tingkat kemacetannya pas di GT Cikarang Barat. Cuma bisa berharap kantor di LCKR cepat-cepat dibuka (gaji belum naik, biaya hidup (dan stress) meningkat…sabar…sabar…). Aamiin. Yah…setelah beberapa waktu terbiasa juga sih dengan kondisi ini, telat ke kantor dan uang makan dipotong…yaa nasib deh heuheu… belakangan giliran saya yang nontonin penumpang lain emosi karena kelamaan nunggu.

Positifnya di sini apa? Masak yang jelek-jelek semua? Hmm…yang bagus di sini sinyal Tel***sel full, banyak penjual makanan di sekitar kost kalo pagi dan malem, nyamuk sedikit tapi di kost banyak semut bergentayangan….apalagi ya?  Oya, karena lebih dekat ke Jakarta, saya makin gampang ketemu di meeting point Jakarta kalo mau travelling bareng teman-teman backpacker. Overall, saya tetap memilih Bandung sebagai tempat terbaik dan pengen balik ke sana… Nasib jadi rakyat jelata harus menjalani yang ditugaskan perusahaan ga bisa milih lokasi. Emang ini perusahaan bapak lo… Solusinya adalah sabar sabar sabar…berusaha menjalani pekerjaan di sini dengan sebaik-baiknya walau belum ada kerjaan berarti. But, please bukankah lebih baik bila semua orang berusaha untuk menjalani kehidupan yang lebih baik, tempat yang lebih baik? Pada akhirnya saya akan berusaha untuk tidak dalam kondisi seperti ini terus-menerus. Lalu kenapa pihak berwenang membiarkan kota yang ditinggalinya semrawut dan macet? Mengapa dibiarkan saja hingga entah kapan? Kenapa yang indah cuma kawasan Lippo dan Jababeka saja? Kawasan lainnya kok tidak ditata? Saya tahu ini bukan masalah yang mudah, tapi dengan itikad yang kuat saya rasa bisa. Jalan dibikin bertingkat 3 kali ya…trus tertibkan deh angkot2 yang ugal-ugalan…haha just a thought… Terakhir, naikkan gaji saya dong buat keperluan kost dan transportasi :p UMR di Cikarang dan Bandung aja bedanya lumayan, Cikarang sekitar Rp. 2,4 juta, bandingkan dengan Bandung yang cuma Rp. 1,5 juta. Kok gaji saya tidak ada penyesuaian ya setelah 6 tahun bekerja, pindah ke luar kota pula…haha…*abaikan*

                                            kawasan yang indah di Lippo Cikarang yang teduh

_________

Pada akhirnya, dikarenakan berbagai  alasan, per bulan Mei 2013 saya berhenti bekerja setelah 6 tahun di perusahaan tersebut. Begitu banyak rencana yang ingin saya wujudkan selepas dari perusahaan ini. Adios…semoga sukses buat kita semua. Aamiin…

 Dadah bangku artis…..kapan saya akan melihat kamu lagi? :p