Friday, February 21, 2014

Perkawinan ala Orang Swedia



Tanggal 7-9 Februari 2014 kemaren saya berkunjung ke Swedia. Diundang sepupu yang menikah di sana. Orangtuanya masih WNI tetapi anak-anaknya sudah jadi warganegara sana, plus sepupu saya ini dapat jodohnya sama wanita bule asli Swedia. Jadilah saya+suami hari Jum’at sore terbang dari Eindhoven Airport dengan maskapai Ryan Air menuju Stavska Airport, sesampainya di sana disambut hujan saljuuu…. Perjalanan kami dilanjutkan dengan bis keren ke ‘cityterminalen’ di pusat kota Stockholm. Dari situ bibi dan om saya menjemput dan sampailah kami di Huddinge, kota kecil agak di luar Stockholm.  Yang paling bikin saya senang adalah selain ini kali pertama menginjakkan kaki di Swedia, pertama kali juga saya melihat salju! Yap…. Soalnya di Belanda tahun ini ga turun salju cuma dapet dinginnya aja so…yeah finally saya bisa merasakan pegang salju hehe….

Besoknya kami cuma sempet jalan-jalan area centrum Huddinge yang sepi. Dinginnya sama dengan Rotterdam, bedanya Belanda itu memang anginnya kenceng. Pengennya ke Stockholm tapi waktunya mepet karena harus siap-siap menghadiri acara perkawinan sepupu sorenya. Btw, heater di Swedia itu mirip AC, tentu yang keluar udara hangat. Kalo di Belanda belum nemu heater model begini. Model rumah di Swedia juga agak berbeda. Di sini dapur dan living room ada di lantai dua, sedangkan di Belanda selalu di lantai pertama. 


But anyway, inti tulisan ini kan tentang perkawinan ala bule Swedia ya. Jadi saya cuma mau cerita pengalaman saya waktu menghadiri acara perkawinan yang begitu berbeda dengan identitas saya sebagai orang Indonesia dan muslim. Ga ada maksud apa-apa hanya menunjukkan betapa berbedanya kami dengan mereka. Hanya menceritakan pengalaman saya menghadiri acara yang ‘Swedia banget’. Ini fungsi toleransi yang harus ada di antara kita. Kata Ust. Felix Siauw, toleransi itu menghormati tetapi tidak mengikuti. Setuju… Nah, sepupu saya ini bukan muslim. Jadi pasangan mempelai menyelenggarakan upacara perkawinan ala Jewish kemudian diteruskan dengan resepsi di tempat yang sama. Acaranya diatur dengan resmi, jumlah tamu undangan sekitar 100 orang (ini termasuk besar untuk ukuran bule), seated formal dinner (tempat tamu duduk dan meja ditentukan) dan para cowo harus pake kostum ‘smoking jas’ ala James Bond. 

Punya bisnis WO di sono dipastikan ga bakalan laku karena yg bantu organize acara wedding adalah teman-teman terdekat, termasuk fotografer. Waktu acara sepupuku dia sewa suatu tempat di Stockholm, namanya Winterviken berupa gedung tua dua lantai. Di sana ada cafĂ© juga. Acara weddingnya di lantai atas dan di bawah untuk lobby, ruang disko, kitchen dan tempat buat gantungin jas/mantel winter. Suasananya romantis dengan penerangan temaram. Ruangan dibagi menjadi altar tempat upacara beserta kursi-kursi untuk keluarga dan undangan (nanti altar ini digunakan sebagai tempat foto pengantin beserta undangan), area dinner di mana terdapat meja-meja bundar diisi 6 orang undangan. Di masing-masing meja sudah terdapat souvenir beserta nama tamu untuk menandakan di mana ia duduk. Bagian belakang ruangan dekat pintu masuk dipakai sebagai area dansa diiringi band live. Untuk makanan sepupu order sama perusahaan catering yang full-serviced. Katanya sih chef-nya beken gitu…


Acaranya dimulai pukul 17.00, tamu yang datang isi buku tamu dan simpan ‘angpau’/bunga/kado yang dibawa di meja tamu kemudian duduk di area depan altar untuk menyaksikan upacara perkawinan. Setelah semua tamu hadir (pria dengan kostum smoking, wanita dengan dress yang rata-rata mini dan terbuka, kecuali saya yang berhijab sendiri hehe…tapi pada cuek ko dan sempet ngobrol dengan beberapa tamu), pasangan pengantin memasuki ruangan didahului dua cewek mungil yang jalan sambil bawa keranjang isi kelopak bunga untuk ditabur sepanjang jalan menuju altar. Waktu pengantin mendekati area tempat duduk undangan kita semua berdiri menyambut. Dan upacara pun dimulai. Dari awal ampe acara selesai semua full pake Bahasa Swedia so saya ga ngerti mereka ngomong apaan. Cuma bisa memperhatikan dan senyum-senyum saja heuheu… 

Upacaranya sendiri lumayan lama. Saya memang tidak menanyakan perkawinannya secara agama apa tetapi karena saya melihat simbol jewish di altar so kayaknya ini upacaranya ala jewish gitu. Pendetanya perempuan dan dia kasih semacam wejangan panjang lebar dan menyelipkan beberapa kali humor (soalnya tamu pada ketawa beberapa kali). Diselingi dengerin musik dari keyboard, pasang cincin yang dipegang bestman dan bride’s maid,  dan setelah selesai ada sedikit adat Indonesia dengan saling menyuapi Nasi Tumpeng hihihi…. Pendeta kemudian menyatakan mereka sah sebagai suami-istri, disuruh ciuman diiringi tepuk tangan dan sorak para undangan. Pasangan pengantin baru kemudian keluar ruangan dan tamu kembali berdiri sampai mereka hilang dari pandangan.


Nah, si Toast of Ceremony (TC aka MC kalo di Indonesia) kasih pengumuman tamu dipersilahkan nunggu di area lobby bawah sambil nunggu waktu resepsi. Di lobby bawah udah tersedia cemilan keripik kentang semacam ‘chitato’ dan ‘chiki’ keju (jiahh…) plus para waiter yang bagi-bagi champagne (sepertinya ya…ga tau sih yang pasti beralkohol) dan para tamu mulai ber-toast ria kecuali saya dan suami…ya mana mungkinlah kita ikutan minum. Kita akhirnya request orange juice sama air putih biasa sama waiter…amaann… O ya sambil tamu ngobrol dan minum, pasangan pengantin ikutan gabung dan mingle dengan para tamu. Keliling dan ngobrol dengan semua orang jadi di situ kita bisa kasih ucapan selamat dan foto-foto. Beberapa kali si TC ngajak toast bareng dan kasih beberapa speech gitu deh. Dan di situ saya dikenalin sama istri baru sepupu dan keluarganya dan beberapa kenalan om yang juga orang Indonesia dan udah lama tinggal di Swedia.

Abis itu kita semua disuruh naik lagi ke atas karena resepsi udah mau dimulai. Meja mana dan kursi mana udah diatur sama panitia, tinggal cari nama aja di meja mana. Masing-masing meja dikasih nama pulau-pulau di Indonesia. Saya dan suami kebagian duduk di meja ‘Sumba’ sama 2 pasangan Indonesia lainnya. Jadi meja saya rame sama percakapan dalam Bahasa Indonesia, giliran suami mati kutu karena ga ngerti hihi… Kalo pasangan pengantin duduknya di sisi tembok kiri dengan meja panjang, duduk di kanan dan kirinya adalah orangtua masing-masing plus keluarga terdekat. Dan dinner pun dimulai mulai dari appetizer, main course dan dessert yang disajikan oleh waiter beserta wine (saya dan suami tentu pilih minuman non-alkohol). Di sela-sela makan si TC bolak-balik ke semacam mimbar kecil untuk mengundang orang terdekat mempelai untuk kasih speech. Yang saya inget yang kasih speech adalah ayah mempelai wanita, saudara laki-lakinya, ortu mempelai pria, adiknya, sahabat masa kecil, mempelai pria…umm siapa lagi ya? Sekitar 8 orang deh. Kayaknya ini saat-saat emosional buat pasangan pengantin. Masing-masing speech diakhiri dengan wine toast sambil teriak ‘skool’. Acara makan juga diselingi performance dari ponakan mempelai wanita yang nyanyi diiringi piano dan yang istimewa ada Tari Topeng khas Indonesia.


Kebiasaan Swedia lainnya kalau acara udah mulai agak sepi atau garing mereka pukul-pukul gelas pake sendok. Tandanya pasangan pengantin harus berciuman. Dan sepanjang acara mungkin ada sekitar 3 kali si TC kasih kesempatan pada semua orang yang hadir untuk ke toilet, maklum banyak minum heuheu…. Nah, kalau pas pengantin pria lagi ke toilet tamu-tamu pria bakal antri untuk nge-sun pengantin wanita dan sebaliknya. Trus ada sesi potong kue pengantin juga. Tapi sesi lempar buket bunga trus diperebutkan single ladies engga ada karena di Swedia buket bunga pengantin disimpan aja.  Setelah makan beres, ada penyanyi yang nyanyi lagu romantis diiringi band trus pengantin melakukan ‘first dance’ diikuti tamu yang hobi dansa-dansa. Band-nya oke, btw. Kalo udah begini sih acara resepsi udah mau berakhir, ada acara foto-foto trus tamu-tamu pada ke lantai bawah buat nerusin pesta sambil disko, sebagian ada yang pulang juga. Selesai deh…beda banget ya sama nikahan Indonesia. Beres sekitar jam 00.00 kecuali yang ikut disko mereka kayaknya ampe jam 02.00 karena sewa tempatnya berakhir jam segitu.

Besok siangnya kami terbang lagi ke Belanda. Kali ini dengan maskapai baru Norwegian Air dari Arlanda Airport ke Schiphol. Ga sempet jalan-jalan di Stockholm sih, ntar deh kalo cuacanya udah bagus hehe…spring atau summer kali ya. Pengen ke istana, kota tua, museum Viking dan nyebrang ke Finlandia pake boat. Wow, see you Sweden…



2 comments:

  1. mantap pengalamannya Mba.
    hanya butuh koreksi dikit mengenai penyebutan pendeta utk agamawan yahudi adalah rabbi, karena pendeta sebutan bagi agamawan nasrani yg mana terjadi pergeseran sebutan, dari kata panditto pada zaman dahulu uyk agamawan hindu/ buddha.
    kalau bagi agamawan islam adalah ustad/ustadzah.

    ReplyDelete
  2. nice experience teh. so simple wedding i think, nggak kayak di kita ya...heu..heu...to much people...

    ReplyDelete