Tidak pernah mimpi saya akan dilamar pria berbeda
kebangsaan. Tapi ini lah yang terjadi dalam kehidupan saya. Tanggal 30 Maret
2013 kemarin resmilah saya dilamar oleh seseorang keturunan Maroko yang saat
ini tinggal dan bekerja di Belanda. Si Calon datang ke rumah bersama ayahnya
yang berbahasa Belanda, Spanyol dan Arab sedangkan dia berbicara bahasa Belanda
dan Inggris. Saya berkomunikasi dengan dia dengan bahasa Inggris sedang kedua
orang tua saya tidak berbahasa Inggris. Naah, lamarannya bagaimana kalau
begitu?? Masak yang bicara antara yang melamar dan yang dilamar saja yang lain
bengong hehe….
Solusinya, kami meminta guru bahasa Belanda saya
untuk menjadi MC lamaran kami. Sayangnya ketika diminta untuk menjadi MC beliau
tidak bisa karena ada acara. Untungnya beliau merekomendasikan teman sesama
guru bahasa Belanda untuk menjadi MC. Alhamdulillah, teman beliau Ibu Mira
namanya bersedia. Ibu Mira diantar jemput dari rumahnya ke rumah saya dan sudah
siap dari sejak pukul 10-an sedangkan acara lamaran pukul 11-an siang.
Pukul 11 kurang kakak saya menjemput bang bule di
hotel tempat dia menginap. Untungnya deket rumah ada hotel hehe… Ketika dia
datang, saya sembunyi dulu di kamar menunggu dipanggil haha… Alhamdulilah,
acara berjalan lancar dengan Ibu Mira sebagai perantara yang menyampaikan
maksud kedatangan bang bule ke rumah saya dan pernyataan keluarga saya yang
menerima pinangannya. Jadi kedua pihak keluarga dapat menerima niat pernikahan
kami. Untuk masalah tanggal pernikahan waktu itu bang bule minta waktu untuk
berembuk dengan saudara-saudaranya di Belanda, tapi kami sepakat pernikahan
dilaksanakan setelah Lebaran 2013, sekitar bulan September. InsyaAllah. Acara
diakhiri dengan makan siang bersama. Sajian khususnya adalah buah manggis yang
baru pertama kali bang bule coba makan buah ini. Doyan banget dia katanya mau
cari kali aja ada di Belanda, tapi ga nemuu hihi... Sayangnya, cita rasa
katering pesanan ga terlalu enak huhuhu…
Kita memang tidak masak sendiri karena jumlah keluargaku yang datang lumayan
banyak. Jadi kita pesan catering 50 porsi beserta sewa peralatan makan yang
ternyata harus kita cuci dulu sehari sebelumnya karena berdebu…dihh… Kalo
kue-kue tradisional mini-nya yaa…lumayanlah…
Sebagai tanda pengikat, bang bule memakaikan saya
cincin. Begitu pun saya pada bang bule. Kalo di Belanda yang namanya lamaran
tidak melibatkan keluarga hanya pasangan saja, setelah proses lamaran baru
mungkin memberi tahu orangtua dan sanak saudara yang lain ya. Lagipula di sana
itu sudah merupakan hal biasa pasangan yang tinggal bersama tanpa ikatan
pernikahan bahkan hingga mempunyai anak dan itu bukan urusan orangtua lagi.
Hiii… Di Maroko beda lagi, pihak laki-laki yang melamar mendatangi rumah pihak
perempuan tetapi jawaban tidak langsung diberikan hari itu. Pihak keluarga
wanita akan mempertimbangkan dahulu lalu memberi jawaban esok harinya jadi
pihak keluarga laki-laki harus datang dua kali. Kalo di Indonesia sih
sepertinya lamaran itu adalah sarana meresmikan tanggal pernikahan antara dua
keluarga, kalo jawaban sudah pasti diterima karena kedua pihak sudah sama-sama
mengetahui maksud dan tujuan pihak laki-laki datang ke rumah pihak perempuan.
Btw, bang bule datang dengan berbagai bingkisan
buat saya. Istimewa banget karena kan dia datang dari daratan nun jauh di Eropa
sana, jadi hadiahnya pun khusus dia bawakan dari sana. Dank je wel… Selain
cincin dan uang sebagaimana lazimnya lamaran di Indonesia, bang bule juga
membawakan setumpuk buku. Yap…buku. Karena saya hobi baca buku dia membawakan
saya buku berjudul ‘Behind the Courtyard Door’ yang ditulis oleh wanita Amerika
Ursula Hart menuangkan pengalamannya selama tinggal di Maroko. Selain itu
karena lamaran berdekatan dengan hari ulang tahun saya dia memberi kado buku
‘1000 Places To See Before You Die’ karya Patricia Schultz menyesuaikan hobi
saya yang lain yaitu travelling :) Dua buku lainnya berkaitan dengan proses
belajar bahasa Belanda yang sedang saya lakukan yaitu paket buku dan audio
‘Naar Nederland’ untuk bahan ujian tes bahasa Belanda di Kedutaan Belanda dan
Kamus Indonesia – Belanda yang belum saya punya.
Bingkisan lainnya yang “tidak biasa” berupa
pakaian dan sepatu ala Maroko buat ayah saya (sebutannya Djalaba), bibit bunga
tulip 4 warna (special request mau coba tanam tulip di rumah nih), parfum Femme
by Boss (mmm…), toiletries dari Rituals paket The Touch of Sunrise (sukaaa
banget wanginya…), coklat dari Swiss dan Belanda (ini sih cemilan fave…salah
satu coklat ada yang berbonus kincir angin/windmill mini lucu deh), buah Ara/Tin
dari Spanyol dan Turki (bang bule bawain buah ini karena saya cerita pas Umroh
dulu ga sempet beli buah ini), biji kopi dari Afrika, sekaleng selai apel
(enak…), dua bola keju Belanda (katanya buat kucing saya yang emang doyan keju
heuheu…yang punya kucingnya juga suka lo), sebotol Minyak Argan dari Maroko
(minyak berkhasiat bisa diminum, dimakan bareng roti, atau dioles ke muka dan
rambut). Waah, serasa keliling dunia… Makasiiii… Ntar buat seserahan nikahan kayak
gimana lagi yak…
Sehari sebelum lamaran saya sempat ketemu bang
bule sebentar di hotel dan kasih dia hadiah kecil berupa souvenir dari KL dan
Singapur oleh2 dari travelling saya pas bulan Februari. Selain itu saya kasih
juga CD Rosetta Stone aplikasi buat belajar bahasa versi Bahasa Indonesia
hehehe…. Pada saat lamaran, sebagai balasan saya juga kasih hadiah juga bang
bule dan keluarganya. Saya kasih bingkisan balasan berupa kameja batik buat dia
dan papa-nya, kain batik buat mama-nya, kue-kue dari Kartika Sari daaan…sambal!
Sambalnya ada sambal Bu Rudy dan sambal Ikan Roa. Seneng banget waktu bang bule
udah balik lagi ke Belanda dan bilang bahwa dia suka sekali sama batiknya dan
sambal ikan roa-nya enak. Kalo yang Bu Rudy kepedesan kali ya haha…dan kue-kue
dari Bandung itu kurang manis katanya :p
Kameja batik khusus saya beli dari Danar Hadi
yang memang motif-motif batiknya top deh. Mooi. Di Pasar Baru ada toko batik
Danar Hadi yang kayaknya khusus untuk grosir tapi bisa beli eceran juga.
Harganya lebih murah dibanding di mall atau depstore. Tokonya kecil dan ga
gampang nemu toko ini, harus muter-muter padahal patokannya cuma lift di lantai
dasar trus belok kanan haha…maklum deh kalo udah masuk Pasar Baru suka jadi
hilang arah. Kain batik buat mama-nya saya beli juga di Pasar Baru di area yang
khusus jual kain. Lalu batik-batik itu saya bawa ke Grow di Yogya Kepatihan
supaya bisa dikemas cantik dalam box dan dihias pita. Kalo ke Grow yang di
Jalan Pager Gunung mungkin pilihan kemasannya bisa banyak kali ya, berhubung
saya cari lokasi yang dekat dengan Pasar Baru ya disinilah jadinya. Tapi saya
puas dengan hasilnya.
Untuk sambal saya beli di Toserda (Toko Serba
Lada) di Jalan Pajajaran. Di sini berjenis-jenis makanan bercita rasa pedas
tersedia. Saya beliin bang bule sambal karena dia suka makan sambal juga di
Belanda, di sana merk-nya Sambal Oelek. Info dari owner Toserda, sambal best
seller di sini adalah sambal Bu Rudy dari Surabaya dan sambal Ikan Roa. Yasud
deh saya ambil dua-duanya buat oleh2 bang bule.
Whoops…lumayan panjang juga cerita di balik
lamaran saya dan bung bule. Cerita lain nanti lanjut yaa… Anyway, this is look
of the happy couple, I edited the pict a bit :p
Note :
Pict of Sambal Bu Rudy is from here
Pict of Sambal Roa is from here
No comments:
Post a Comment