Wednesday, April 24, 2013

Awal Mula.....



Ketika seseorang membawa kabar baik bahwa dirinya akan menikah, kemungkinan terbesar hal yang akan didengar adalah :
1.      “selamaaat…sama orang mana?” à dijamin ini adalah pertanyaan pertama :)
2.      “kerja di mana calonnya?”
3.      “kapan meridnya nih? undang-undang yaa…”

Tetapi bila orang dikasih tau “calon suami saya bukan orang Indonesia alias bule”, pasti daftar pertanyaan atau kalimat yang sering didenger bertambah, di antaranya adalah :
1.      “agamanya apa? dia muslim? beneran Islam? atau jadi muallaf karena mau nikah sama kamu?”
2.      “ketemu dimana? ko bisa kenal…prosesnya gimana?”
3.      “asalnya dari negara mana? hah…jauuhh”
4.      “ntar anaknya cakep dong…bule! banyak duit dong…bule!” à pikiran mainstream orang Indonesia… :D
5.      “kok bisa sih nyambung ngobrolnya? ko bisa klik gitu?”
6.      “komunikasinya pake bahasa apa?” àga mungkin bahasa tarzan sepertinya
7.      “ntar tinggal dimana?”
8.      “ko mau sih tinggal luar negeri, belum tentu  betah loh, mending tinggal di Indonesia gimana pun juga, hujan batu di negeri sendiri itu lebih enak” à yakin nih haha…
9.      “kenalin juga dong sama bule, plis. sodara ato temen si calon masih ada yang single ga?” à haha…ini yang paling lucu
10.  “wah..asiik bisa travelling ke luar negeri dong” à asiik juga deh kalo begitu :)

Yup, calon suami saya memang berbeda kewarganegaraan. Haruskah saya ceritakan perihal kisah pertemuan kami secara detil? Tentu tidak. Saya bukan tipe orang yang ekspos kanan kiri. Dasarnya saya memang bukan orang yang terbuka pada orang yang tidak dekat dengan saya. Kalo sama keluarga (orangtua terutama) dan sahabat dekat ya lain cerita. Jadi jangan harap  saya cerita banyak. Hak saya untuk menyimpan sebagian besar kisah saya dan…sebut aja abang bule hehe…ok ok di akhir tulisan saya coba jawab singkat deh daftar pertanyaan di atas. 

Saya ga pernah sebelumya ngebayangin bakal ber(calon)suamikan bule. Kalo mimpi jalan-jalan ke Eropa pernah sih hehe… Impian saya waktu belum mengenal abang bule cuma satu : MENIKAH. Umur sudah tuir, sudah bekerja, sudah sekolah tinggi, sudah punya rumah (walau nyicil), mayoritas teman dan sepupu sudah menikah …apalagi toh? Apalagi kalo sudah membaca twit dari akun @tweetnikah di twitter. Jleb banget dan terprovokasi sekali. Saya bukan tidak mau menikah looo….tetapi belum menemukan sosok yang pas. Saya pun tidak mempunyai kriteria spesifik suami harus begini begitu, apalagi harus bule…ya engga lah. Saya ingin menikah untuk menyempurnakan separuh agama, untuk beribadah…intinya semua karena Allah SWT tidak ada yang lain. Jadi criteria utama ya dia harus muslim, punya komitmen untuk membangun pernikahan, saying keluarga, bisa saling memahami, mengerti dan nyambung. Klik deh pokoknya…suka denger orang ngomong kalo udah jodoh ya terasa “beda”. Pengen merasakan sendiri pengalaman perasaan semacam itu…


Jadi, tentu saja yang saya lakukan adalah BERDO’A dengan sungguh-sungguh meminta kepada yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sebagai biro jodoh terbesar agar saya dipertemukan dengan seorang pria untuk menjadi sosok suami bagi saya. Jangan sekali-kali meremehkan kekuatan do’a. Yakinlah, jangan berburuk sangka kepada Allah SWT. Do’a, tahajjud, istikharah, dzikir…. Ketika saya ber-umrah di tahun 2012, saya berkesempatan untuk berdo’a di tempat yang paling mustajab di dunia : di depan Ka’bah…jadi jangan putus berdo’a yaa…ceritakan segala kesusahan hanya kepada Allah, minta ampunan, jadilah orang yang lebih baik. PANTASKAN DIRI. 


Kedua, USAHA lah. Allah SWT dapat mempertemukan kita dengan jodoh kapan pun dan di mana pun. Melalui teman sepergaulan, dikenalkan teman, dijodohkan oleh orangtua (asal tidak terpaksa yaa…), ketemu secara tiba-tiba di tempat yang tidak disangka-sangka, melalui internet, biro jodoh, melalui guru ngaji dengan proses ta’aruf jadi proses menuju nikahnya pun didampingi. Menurut saya pilihan terakhir adalah yang paling baik bagi muslim. Karena pacaran itu hukumnya haram :) Sekali lagi istikharah-lah… InsyaAllah akan dipertemukan dengan yang terbaik…

Saya pertama mengenal bang bule sejak bulan Januari 2013 di dunia maya, kami intens saling berkirim e-mail untuk lebih mengenal diri masing-masing. Saling berkirim foto-foto. Lanjut ke tahap bertukar nomor handphone. Kami lalu sepakat bahwa pada akhir Maret 2013 dia datang ke rumah saya untuk melamar secara resmi di hadapan orang tua dan keluarga. Kedua belah pihak keluarga mendukung padahal awalnya ayah saya sempat tidak setuju hehe... InsyaAllah kami menikah September 2013. Do’akan kami ya… Sounds good to be true? Well, it is true and it is happening in my real life…so keep your faith :)


Ok, karena saya lagi bai hari ini sesuai janji saya jawab singkat pertanyaan no. 1-10 yang rata-rata suka ditanyakan pada saya  :
1.      Ya, dia seorang muslim berasal dari keluarga muslim bukan mualaf
2.     Kenal melalui media internet. Luar biasa kan, mendekatkan jarak 15.000 km haha…dan banyak juga kisah nyata pasangan lain yang berjodoh lewat internet. Web atau forum bagi yang serius mencari pasangan kan banyak. Pasangan menikah beda kebangsaan yang ketemu lewat internet pun banyak. Tapiiii….hati-hati dengan love scam yaa…tetap jaga logika selain jaga hati. Kalo ada bule yang langsung bermanis-manis berjanji akan menikahi namun ujung-ujungnya pihak wanita harus mengeluarkan uang…hmm pikir ulang deh…
3.      Dia keturunan Maroko, keluarganya menetap di Belanda sudah lama. Where a person comes from, is it a matter?
4.   Bagi saya yang penting laki-laki itu bekerja, berusaha untuk menafkahi keluarganya. Rezeki itu memang sudah diatur :) Fisik dan materi penting tapi bukan yang terpenting. Dia bekerja pada suatu perusahaan di Belanda.
5.     Yap, kami klik. Topik obrolan kami sangat menarik. Dua dunia yang sangat berbeda, dua tempat, dua budaya….sama-sama suka travelling, sama-sama suka kucing….haha…dan saya mengalami perasaan “beda” itu.


6.    Kami ngobrol dengan bahasa Inggris. Dia menguasai bahasa Belanda, Inggris dan Amazigh. Saya berbahasa Indonesia, Sunda dan Inggris. Dia mulai belajar bahasa Indonesia dan saya mulai belajar bahasa Belanda.
7.      Ikut suami lah…konsekuensinya saya harus belajar bahasa Belanda, but it’s ok :)
8.     Saya tidak keberatan tinggal di luar Indonesia. Ini adalah pilihan hidup. Semua tempat itu pasti ada kelebihan dan kekurangan. Mau tau tempat yang sempurna? Surga.
9.   Wani piro? Hehe… Kalo ada yang mau dikenalkan dan saya mengenal bule single yang minta dikenalkan pula, why not? Tapi ga tanggung jawab kalo ternyata hubungan tidak berjalan mulus yah…
10.  Horee…


Ok, sudah tidak penasaran kan? Sekian.

No comments:

Post a Comment