Ketika seseorang membawa kabar baik bahwa dirinya akan menikah, kemungkinan terbesar hal yang akan didengar adalah :
1.
“selamaaat…sama orang mana?” à dijamin ini adalah
pertanyaan pertama :)
2.
“kerja di mana calonnya?”
3.
“kapan meridnya nih? undang-undang yaa…”
1.
“agamanya apa? dia muslim? beneran Islam? atau jadi
muallaf karena mau nikah sama kamu?”
2.
“ketemu dimana? ko bisa kenal…prosesnya gimana?”
3.
“asalnya dari negara mana? hah…jauuhh”
4.
“ntar anaknya cakep dong…bule! banyak duit dong…bule!” à
pikiran mainstream orang Indonesia… :D
5.
“kok bisa sih nyambung ngobrolnya? ko bisa klik gitu?”
6.
“komunikasinya pake bahasa apa?” àga
mungkin bahasa tarzan sepertinya
7.
“ntar tinggal dimana?”
8.
“ko mau sih tinggal luar negeri, belum tentu betah loh, mending tinggal di Indonesia
gimana pun juga, hujan batu di negeri sendiri itu lebih enak” à
yakin nih haha…
9.
“kenalin juga dong sama bule, plis. sodara ato temen si
calon masih ada yang single ga?” à haha…ini yang paling lucu
10. “wah..asiik
bisa travelling ke luar negeri dong” à asiik juga deh kalo
begitu :)
Yup, calon suami saya memang berbeda
kewarganegaraan. Haruskah saya ceritakan perihal kisah pertemuan kami secara detil?
Tentu tidak. Saya bukan tipe orang yang ekspos kanan kiri. Dasarnya saya memang
bukan orang yang terbuka pada orang yang tidak dekat dengan saya. Kalo sama
keluarga (orangtua terutama) dan sahabat dekat ya lain cerita. Jadi jangan
harap saya cerita banyak. Hak saya untuk
menyimpan sebagian besar kisah saya dan…sebut aja abang bule hehe…ok ok di
akhir tulisan saya coba jawab singkat deh daftar pertanyaan di atas.
Saya ga pernah sebelumya ngebayangin bakal
ber(calon)suamikan bule. Kalo mimpi jalan-jalan ke Eropa pernah sih hehe…
Impian saya waktu belum mengenal abang bule cuma satu : MENIKAH. Umur sudah
tuir, sudah bekerja, sudah sekolah tinggi, sudah punya rumah (walau nyicil),
mayoritas teman dan sepupu sudah menikah …apalagi toh? Apalagi kalo sudah
membaca twit dari akun @tweetnikah di twitter. Jleb banget dan terprovokasi
sekali. Saya bukan tidak mau menikah looo….tetapi belum menemukan sosok yang
pas. Saya pun tidak mempunyai kriteria spesifik suami harus begini begitu,
apalagi harus bule…ya engga lah. Saya ingin menikah untuk menyempurnakan
separuh agama, untuk beribadah…intinya semua karena Allah SWT tidak ada yang
lain. Jadi criteria utama ya dia harus muslim, punya komitmen untuk membangun
pernikahan, saying keluarga, bisa saling memahami, mengerti dan nyambung. Klik
deh pokoknya…suka denger orang ngomong kalo udah jodoh ya terasa “beda”. Pengen
merasakan sendiri pengalaman perasaan semacam itu…
Jadi, tentu saja yang saya lakukan adalah BERDO’A
dengan sungguh-sungguh meminta kepada yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
sebagai biro jodoh terbesar agar saya dipertemukan dengan seorang pria untuk
menjadi sosok suami bagi saya. Jangan sekali-kali meremehkan kekuatan do’a.
Yakinlah, jangan berburuk sangka kepada Allah SWT. Do’a, tahajjud, istikharah,
dzikir…. Ketika saya ber-umrah di tahun 2012, saya berkesempatan untuk berdo’a
di tempat yang paling mustajab di dunia : di depan Ka’bah…jadi jangan putus
berdo’a yaa…ceritakan segala kesusahan hanya kepada Allah, minta ampunan,
jadilah orang yang lebih baik. PANTASKAN DIRI.
Kedua,
USAHA lah. Allah SWT dapat mempertemukan kita dengan jodoh kapan pun dan di
mana pun. Melalui teman sepergaulan, dikenalkan teman, dijodohkan oleh orangtua
(asal tidak terpaksa yaa…), ketemu secara tiba-tiba di tempat yang tidak
disangka-sangka, melalui internet, biro jodoh, melalui guru ngaji dengan proses
ta’aruf jadi proses menuju nikahnya pun didampingi. Menurut saya pilihan
terakhir adalah yang paling baik bagi muslim. Karena pacaran itu hukumnya haram
:) Sekali lagi istikharah-lah… InsyaAllah akan dipertemukan dengan yang
terbaik…
Saya pertama mengenal bang bule sejak bulan
Januari 2013 di dunia maya, kami intens saling berkirim e-mail untuk lebih
mengenal diri masing-masing. Saling berkirim foto-foto. Lanjut ke tahap bertukar
nomor handphone. Kami lalu sepakat bahwa pada akhir Maret 2013 dia datang ke
rumah saya untuk melamar secara resmi di hadapan orang tua dan keluarga. Kedua
belah pihak keluarga mendukung padahal awalnya ayah saya sempat tidak setuju
hehe... InsyaAllah kami menikah September 2013. Do’akan kami ya… Sounds good to
be true? Well, it is true and it is happening in my real life…so keep your
faith :)
Ok, karena saya lagi bai hari ini sesuai janji
saya jawab singkat pertanyaan no. 1-10 yang rata-rata suka ditanyakan pada saya :
1.
Ya, dia seorang muslim berasal dari keluarga muslim
bukan mualaf
2. Kenal melalui media internet. Luar biasa kan,
mendekatkan jarak 15.000 km haha…dan banyak juga kisah nyata pasangan lain yang
berjodoh lewat internet. Web atau forum bagi yang serius mencari pasangan kan
banyak. Pasangan menikah beda kebangsaan yang ketemu lewat internet pun banyak.
Tapiiii….hati-hati dengan love scam yaa…tetap jaga logika selain jaga hati. Kalo
ada bule yang langsung bermanis-manis berjanji akan menikahi namun
ujung-ujungnya pihak wanita harus mengeluarkan uang…hmm pikir ulang deh…
3.
Dia keturunan Maroko, keluarganya menetap di Belanda
sudah lama. Where a person comes from, is it a matter?
4. Bagi saya yang penting laki-laki itu bekerja, berusaha
untuk menafkahi keluarganya. Rezeki itu memang sudah diatur :) Fisik dan materi
penting tapi bukan yang terpenting. Dia bekerja pada suatu perusahaan di
Belanda.
5. Yap, kami klik. Topik obrolan kami sangat menarik. Dua
dunia yang sangat berbeda, dua tempat, dua budaya….sama-sama suka travelling,
sama-sama suka kucing….haha…dan saya mengalami perasaan “beda” itu.
6. Kami ngobrol dengan bahasa Inggris. Dia menguasai
bahasa Belanda, Inggris dan Amazigh. Saya berbahasa Indonesia, Sunda dan
Inggris. Dia mulai belajar bahasa Indonesia dan saya mulai belajar bahasa
Belanda.
7.
Ikut suami lah…konsekuensinya saya harus belajar bahasa
Belanda, but it’s ok :)
8. Saya tidak keberatan tinggal di luar Indonesia. Ini
adalah pilihan hidup. Semua tempat itu pasti ada kelebihan dan kekurangan. Mau
tau tempat yang sempurna? Surga.
9. Wani piro? Hehe… Kalo ada yang mau dikenalkan dan saya
mengenal bule single yang minta dikenalkan pula, why not? Tapi ga tanggung
jawab kalo ternyata hubungan tidak berjalan mulus yah…
10. Horee…
Ok, sudah tidak penasaran kan? Sekian.
No comments:
Post a Comment